Being competent and take active role as center for reference, information, studies, advocacy, education and training related to efforts in pursuing gender equality and justice, as well as child protection, with emphasize in rural communities.
Sejarah
Sejarah Pusat Penelitian Gender dan Anak Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman diawali dengan berdirinya Pusat Penelitian Wanita (Puslitwan) yang dibentuk pada tahun 2005. Sebelumnya Puslitwan merupakan bagian dari Pusat Penelitian Wanita dan Kependudukan, Lembaga Penelitian Unsoed yang dibentuk pada tahun 1998. Pada tahun 2007, seiring dengan pergeseran paradigma dalam pemberdayaan perempuan dan sebagai upaya untuk mengoptimalkan kinerja dan layanan Puslitwan, nama Puslitwan diganti dengan nama Pusat Penelitian Gender dan Anak (PPGA), yang disahkan dengan SK Rektor Unsoed No: Kept. 117/H23/PL/2007, tanggal 16 Mei 2007.
Kemudian dalam perkembangannya, untuk lebih mengoptimalkan pelayanan pada Masyarakat, sesuai dengan SK Rektor No. Kept 450/H23/KP.02.09/2010 tanggal 7 September 2010 tentang Pengangkatan Kepala Pusat Penelitian pada LPPM Unsoed, maka Pusat Penelitian Gender berganti nama menjadi Pusat Penelitian Gender, Anak dan Pelayanan Masyarakat (PPGAPM).
Visi
PPGAPM merupakan lembaga dengan visi kompeten dan mampu berperan sebagai pusat rujukan, informasi, kajian, advokasi, pendidikan, dan pelatihan yang berkaitan dengan upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak, terutama pada masyarakat pedesaan. Untuk menjalankan visi tersebut, misi yang dilakukan PPGA-PM adalah dengan jalan:
1. Melakukan kajian dan publikasi ilmiah yang berkaitan dengan isu gender, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak.
2. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk advokasi, mediasi, fasilitasi, sosialisasi, dan konsultasi.
3. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan fasilitasi pengajaran yang berperspektif gender dan perlindungan anak.
Pencapaian
PPGAPM telah aktif melakukan pengabdian masyarakat dan pemberdayaan. Di samping itu, lembaga ini tergabung dalam Asosiasi Studi Wanita dan Gender Indonesia (ASWGI). Tim peneliti PPGAPM telah terlibat dalam berbagai proses pembuatan kebijakan. Sebagai contoh, terdapat anggota PPGAPM yang tergabung dalam Tim Penyusun Naskah Akademik Revisi Perda No5/2014 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI Kebumen di tahun 2014 dan Tim Penyusun Rencana Aksi Daerah dalam Pencapaian MDGs Kabupaten Brebes kerjasama dengan Pemkab Brebes tahun 2011.
Sebagai komitmen di bidang peningkatan kesadaran gender, PPGAPM telah menyelenggarakan berbagai Workshop dan pelatihan yang ditujukan tidak hanya untuk Dosen namun juga guru, pelajar, perangkat desa dan masyarakatnya. Tim peneliti PPGAPM secara khususnya telah lama bekerja dalam penelitian dan pemberdayaan buruh migran Indonesia dan keluarganya untuk menguatkan kerangka hukum serta praktek perlindungan buruh migran. Banyak dari aktivitas ini yang tidak dikerjakan oleh PPGAPM sendiri namun berkolaborasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Pasa tahun 2017, PPGAPM, LPPM, berkolaborasi dengan Migrant Care dan MAMPU dalam Program KKN di daerah kantong buruh migran. Salah satu aktivitas lainnya yang rutin dilakukan adalah Festival Film Buruh Migran Indonesia yang diadakan tahun 2015, 2016 dan 2017.
Semenjak akhir tahun 2018, PPGAPM telah berfokus pada upaya pencegahan dan perlindungan korban kekerasan berbasis gender termasuk kekerasan seksual di Universitas. Beberapa workshop telah diselenggarakan dengan target peserta mahasiswa dan dosen dengan tujuan meningkatkan kesadaran, menyatukan komitmen dan mendorong aktivitas pencegahan di unit masing-masing atau melalui pembelajaran. Dari proses ini, PPGAPM membentuk Unit Layanan dan Pengaduan Kekerasan di lingkungan Unsoed yang diresmikan pada Agustus 2020.