Judul Penelitian: Penelitian Penugasan dari Kemenristekdikti “Model Implementasi Gender dan Inklusi Sosial di Perguruan Tinggi di Universitas Hasanudin, Universitas Brawijaya, Universitas Jenderal Soedirman”
Ringkasan Penelitian:
Dalam perkembangannya, menelaah ketimpangan gender tidak cukup hanya melihat variasi jenis kelamin, tetapi perlu memperhatikan varian lainnya, misalnya eksklusifitas/inklusifitas. Untuk mencapai kesetaraan perlu memasukkan kelompok yang terinklusi, yang merujuk pada kelompok masyarakat tertinggal, rentan, dan terbelakang berbasis gender, ras, agama, dan area. Oleh karenanya berkembang indikator Gender Equality and Social Inclusion (GESI). GESI belum menjadi bagian integral dari kebijakan sampai pada implementasinya di lembaga dan masyarakat. Hal ini terjadi karena sedikitnya riset dan pengabdian masyarakat berbasis GESI yang bisa menjadi acuan; belum adanya komitmen yang jelas mendasari kebijakan bersumber dari riset dan pengabdian masyarakat; dan belum ada kebijakan konkrit menjadikan GESI sebagai salah satu prioritas nasional dan masuk dalam skim penelitian dan pengabdian masyarakat yang berorientasi pada kebijakan dan program. Ada ruang yang “kosong’ antara persoalan GESI dalam masyarakat, produk riset dan pengabdian masyarakat berbasis GESI, dan kebijakan yang jelas mendorong pencapaian GESI itu sendiri.
Terbukti dari hasil analisis terhadap data penelitian dan pengabdian masyarakat yang didanai DRPM Kemenristekdikti tahun 2013-2017, jumlah penelitian dan pengabdian masyarakat berperspektif GESI sangat sedikit. Dari sebanyak 73.695 judul penelitian dan 13,051 pengabdian masyarakat semua skim, hanya 7 persen dari judul penelitian dan 13 persen dari judul pengabdian yang berperspektif GESI. Tentunya jumlah ini sangat sedikit bila melihat fakta persoalan GESI yang terus meningkat dalam masyarakat.
Penelitian ini bertujuan, antara lain; 1) mengembangkan indikator GESI sebagai dasar klasteriasi Perguruan Tinggi dalam Penelitian dan Pengabdian Masyarakat; dan 2) mengembangkan model GESI maistreaming di Tri Darma Perguruan Tinggi yang kontekstual. Sedangkan output penelitian ini, antara lain; secara konseptual menghasilkan indikator GESI sebagai dari klasterisasi Perguruan Tinggi dan Model Pengarusutamaan GESI dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Sedangkan secara praktis menghasilkan, antara lain; 1) naskah kebijakan untuk desiminasi indikator GESI sebagai dari klasterisasi Perguruan Tinggi; 2) publikasi ilmiah terkait pengarusutamaan GESI di Tri Darma Perguruan Tinggi; 3) advokasi dan kampanye GESI di Perguruan Tinggi 4) pengajuan hak cipta model. Metodologi yang digunakan adalah Participatory Action Research dari perspektif GESI yang diintegrasikan dalam Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, serta dalam publikasi. Penelitian dilaksanakan di Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya dan Universitas Jenderal Soedirman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan isu gender dan inklusi di masyarakat belum diimbangi oleh hasil penelitian dan pengabdian mengenai isu tersebut secara memadai. Belum ada kebijakan yang mendorong secara jelas penelitian dan pengabdian dalam isu gender dan inklusi sosial. Sebagai perguruan tinggi negeri yang ternama di Indonesia bagian tengah, capaian dosen/peneliti/pengabdi perempuan dan laki-laki belum berimbang. Masih ada dominasi laki-laki dalam kegiatan riset dan pengabdian. Bahkan isu gender dan inklusi sosial belum menjadi mainstreaming dalam penentuan topik penelitian dan pengabdian. Isu gender dan inklusi sosial tidak menjadi skim khusus dalam penelitian dan pengabdian. Tema unggulan di perguruan tinggi belum menempatkan isu gender dan inklusi sosial sebagai prioritas, meskipun UNSOED sudah merincinya dalam penjabaran tema unggulan. Diseminasi isu tersebut juga belum merata dipahami oleh semua dosen, terutama dari fakultas eksakta.
Oleh karena itu, mendorong secara khusus dosen/peneliti/pengabdi perempuan untuk lebih aktif, memasukkan isu gender dan inklusi sosial dalam skim maupun buku pedoman, diseminasi lebih luas isu tersebut, pemanfaatan hasil riset dan pengabdian isu gender dan inklusi sosial, merupakan bagian penting dari rekomendasi kebijakan penelitian ini. UNHAS telah memperlihatkan bahwa keberadaan rektor perempuan dapat mendorong lahirnya kebijakan yang lebih sensitif isu gender dan inklusi sosial. Kepedulian terhadap isu tersebut juga penting diwujudkan dengan kebijakan lainnya, seperti Pusat Penelitian Disabilitas dan seleksi mahasiswa baru untuk penyandang disabilitas di UB. Implementasi isu gender dan inklusi sosial dapat hadir dalam berbagai aspek kebijakan di perguruan tinggi. Kegiatan penelitian dan pengabdian merupakan salah satu bagian yang sangat strategis untuk mendorong kesetaraan gender dan inklusi sosial di perguruan tinggi, sekaligus dapat bermanfaat bagi kesetaraan gender dan inklusi sosial di masyarakat.
